Bali menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang rawan dengan gempa bumi. Gempa bumi yang terjadi di Bali juga banyak menelan korban.
Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempa Vumi dan Tsunami BMKG, Tiar Prasetya mengungkapkan bahwa potensi gempa di Bali sangat tinggi. Ini karena Pulau Bali diapit oleh dua sumber gempa. Wilayah Bali Utara terdapat Flores Back Arc Thrusting atau sesar naik belakang busur kepulauan. Sedangkan Bali Selatan terdapat subduksi lempeng atau penyusupan lempeng.
Namun jika melihat potensi gempa yang terjadi, wilayah Bali Utara justru yang lebih rawan menimbulkan tsunami. Sehingga apabila terjadi gempa, warga yang berada di pesisir pantai dihimbau untuk pergi ke tempat yang lebih tinggi.
Sedangkan untuk tingkat kerawan gempa, Bali dibagi menjadi 3 zona. Untuk zona 1 atau rawan terdiri dari Kabupaten Klungkung, Bangli, dan Karangasem. Zona 2 teridiri dari Kabupaten Tabanan, Jembrana, dan Denpasar. Sedangkan zona 3 terdiri dari Kabupaten Badung dan Gianyar.
Pulau Bali sendiri pernah mengalamai gempa bumi yang banyak menelan korban jiwa. Sejak tahun 1917, Bali diguncang gempa dengan korban jiwa mencapai 1.500 orang, kejadian ini disebut Gejer Bali. Kemudian pada 1976 gempa dengan kekuatan 6.2 SR mengguncang Bali dengan menelan korban jiwa 559 orang, 850 korban luka berat, dan 3.200 korban luka ringan.
Selain menelan banyak korban jiwa, bencana gempa tersebut juga merusak hampir 75 persen bangunan di Kabupaten Tabanan dan Jembrana.
Gempa Bali juga pernah terjadi pada 17 Desember 1979 atau dikenal dengan Gempa Culik Karangasem dengan kekuatan 6 SR. Gempa tersebut menelan korba jiwa mencapai 25 orang, dan 47 korban luka berat. Pada tanggal 2 Januari 2004 kembali terjadi gempa di Kabupaten Karangasem dengan kekuatan 6.2 SR dengan korban jiwa 1 orang.
Jika melihat jauh ke belakang, Bali sebenarnya pernah diguncang gempa yang jauh lebih besar. Gempa yang terjadi pada 22 November 1816 ini mampu menalan korban jiwa hingga 10.252 orang.