PT Pertamina (Persero) memiliki rencana ambisius untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM dengan mencampur BBM dengan metanol. Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menyatakan bahwa sumber metanol bisa berasal dari batu bara, gas alam, tebu, dan jagung, yang melimpah di dalam negeri.
Dalam tahap awal, metanol akan dicampur dengan BBM dengan proporsi 80% BBM dan 20% metanol, yang akan ditingkatkan secara bertahap untuk mengurangi impor bensin. Menurut Nicke, PT Pertamina sudah memiliki pengalaman dalam mencampur BBM dengan bahan alternatif seperti CPO (minyak kelapa sawit mentah). Pemerintah sudah melakukan uji coba penggunaan BBM dengan kadar CPO 35%, dan hasilnya Pertamina berhasil menekan impor solar.
“Mulai 2019, Indonesia tidak lagi impor solar karena 30% kebutuhan solar sudah digantikan dengan bahan CPO, kelapa sawit. Kini kadar CPO telah meningkat menjadi 35%,” ujarnya.
Program penggunaan metanol sebagai bahan campuran BBM ini merupakan salah satu upaya PT Pertamina untuk memperkuat posisi mereka dalam mengatasi masalah energi nasional. Dengan mengandalkan sumber bahan baku dalam negeri, Pertamina berharap dapat menekan biaya produksi dan mengurangi ketergantungan terhadap impor.
Pertamina, sebagai salah satu perusahaan BUMN terbesar di Indonesia, memegang peran penting dalam memastikan keberlangsungan sumber energi nasional. Program ini menunjukkan komitmen Pertamina untuk terus berinovasi dan mencari solusi untuk masalah energi nasional. Dengan implementasi program ini, diharapkan dapat membantu pemerintah dalam menjaga kestabilan harga BBM dan memastikan keberlangsungan sumber energi nasional. PT Pertamina tanpa tergantung pada impor, Indonesia akan memiliki sumber energi yang lebih stabil dan berkelanjutan.