Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I 2023 mencatat surplus sebesar 6,5 miliar dolar AS, mengalami peningkatan dibandingkan dengan kuartal IV 2022. Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mengutarakan bahwa kinerja Neraca Pembayaran Indonesia tersebut didorong oleh kelanjutan surplus transaksi berjalan, yang juga diikuti oleh surplus transaksi modal dan finansial.
Erwin menjelaskan bahwa pada kuartal I 2023, transaksi berjalan mencatat surplus sebesar 3 miliar dolar AS atau setara dengan 0,9% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini merupakan kelanjutan dari surplus pada kuartal IV 2022 yang mencapai 4,2 miliar dolar AS atau 1,3% dari PDB.
Salah satu faktor yang mendukung surplus neraca perdagangan barang adalah permintaan yang tetap kuat dari mitra dagang utama terhadap komoditas ekspor nonmigas, serta penurunan defisit migas yang terjadi seiring penurunan harga minyak dunia.
Defisit neraca jasa juga mengalami penurunan, terutama karena kinerja sektor jasa perjalanan yang terus membaik seiring dengan peningkatan mobilitas dan dampak positif dari pembukaan ekonomi yang mendorong kunjungan wisatawan mancanegara. Selain itu, defisit neraca pendapatan primer juga menurun karena pembayaran imbal hasil investasi yang lebih rendah.
Sementara itu, transaksi modal dan finansial pada kuartal I 2023 mencatat surplus sebesar 3,4 miliar dolar AS atau setara dengan 1% dari PDB, mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan surplus 0,3 miliar dolar AS atau 0,1% dari PDB pada kuartal IV 2022.
Erwin menyatakan bahwa peningkatan ini terutama disumbangkan oleh kinerja investasi portofolio, terutama dalam bentuk aliran masuk pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik. Hal ini terjadi seiring dengan meredanya ketidakpastian di pasar keuangan global dan imbal hasil aset keuangan yang menarik.
Bank Indonesia akan terus memantau dinamika perekonomian global yang dapat mempengaruhi prospek Neraca Pembayaran Indonesia. Selain itu, BI akan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang sinergis dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk memperkuat ketahanan sektor eksternal.
Dengan surplus Neraca Pembayaran Indonesia yang meningkat, cadangan devisa pada akhir Maret 2023 juga mengalami peningkatan menjadi 145,2 miliar dolar AS. Peningkatan ini setara dengan pembiayaan impor selama 6,2 bulan serta pembayaran utang luar negeri pemerintah. Cadangan devisa tersebut juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.